PEMBAHASAN
A. Pengertian
Masalah
Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus
dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan
dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil
yang maksimal. Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan
berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu kehidupan, baik dirinya
sendiri maupun orang lain.
B. Ciri-ciri
Masalah
Sebuah
masalah mempunyai ciri-ciri, Prayitno (1985) mengemukakan ciri-ciri masalah
ialah:
- Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya.
- Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau bagi
orang lain.
- Ingin (perlu) dihilangkan.
Setiap
masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri diatas.
Suatu masalah dapat juga terjadi pada diri sendiri. Suatu hal, kejadian suasana
atau gejala yang tidak disukai adanya, yang dapat menimbulkan kesulitan atau
kerugian bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain, dan ingin dihilangkan.
Maka dengan
itu, suatu masalah dapat terjadi pada siapa saja, termasuk murid sekolah dasar.
Masalah itu perlu diupayakan penanggulangannya agar menjadi sesuai dengan apa
yang diharapkan dengan baik.
C. Jenis-jenis Masalah Siswa
1. Masalah emosi
Emosi remaja sering
kali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampak irasional.Hal ini dapat diliahat
dari gejala sepeti mudah marah dan dirangsang, emosimeledak-ledak, dan tidak
mampu mengendalikan perasaan. Sekolah sebagailembaga formal bertanggung jawab
untuk membantu subjek didik menujukedewasaan. Misalnya dengan pelayanan melalui
program layanan informasi,layanan konseling dan layanan bimbingan dan konseling
kelompok.
2. Masalah Penyesuaian
Diri
Remaja harus
menyesuiakan diri dengan lawan jenis baik sesama remajamaupun dengan orang
dewasa di luar lingkungan kelurga dan sekolah. Yangmenjadi masalah adalah
apabila remaja salah bergaul, misalnya berada dalamkelompok pemkai obat
terlarang, minuman keras dan perilaku negative lainnya.Untuk itulah maka
sekolah harus membantu dalam penyesuaian dirinya. Melaluipenyediaan sarana dan
prasarana serta fasilitas pembinaan bakat daan minatbaik lewat kegiatan
kurikuler maupun kokurikuler di sekolah, diharapkan dapatmencegah dan mengatasi
kesalahan pergaulan.
3. Masalah Perilaku
Seksual
Pada masa ini remaja
mulai tertarik pada lawan jenis, bersikap romantis, yangdiikuti keinginan yang
kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian lawanjenis. Sebagai akibatnya
remaja mempunyai minat yang tinggi pada seks.Informasi yang tidak tepat dapat
menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan
kesehatan tidak layak untuk dilakukan.Untuk menanggulangi dan mengatasi masalah
itu, sekolah hendaknyamelakukan tindakan nyata, yaitu memasukkan pendidikan
seks ke dalam matapelajaran yang bersangkutan, misalnya tentang reproduksi pada
pelajaranbiologi, seks yang baik dalam bidang agama, dan lain-lain.
4. Masalah Perilaku
Sosial
Tanda-tanda masalah
perilaki sosial pada remaja dapat dilihat dari diskriminasiterhadap mereka yang
berlatar belakang ras, agama atau sosial ekonomi yangberbeda. Untuk mencegah
dan mengatasi masalah tersebut sekolah dapatmenyelenggarakan kegiatan kelompok
dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama dan sosial ekonomi.
Sekolah harus memperlakukan siswasecara sama dan tidak membeda-bedakan siswa
yang satu dengan lainnya.
5. Masalah Moral
Masalah moral remaja
ditandai dengan adanya ketidakmampuan remajamembedakan yang benar dan yang
salah. Hal ini disebabkan olehketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah
yang ditemukan dalamkehidupan sehari-hari.untuk mencegah masalah tersebut
sebaiknya sekolahmenyelengggarakan kegiatan keagamaan dan meningkatkan
pendidikaan budipekerti.
6. Masalah Keluarga
Sebab umum pertentangan
keluarga pada masa remaja adalah standar perilaku,metode disiplin, hubungan
dengan saudara kandung, dan sikap yang sangatkritis pada remaja. Remaja sering
menganggap standar perilaku orang tua yang
D. Jenis-jenis
Masalah Siswa di Sekolah Dasar
Sikap dan
perilaku anak-anak yang menyimpang karena adanya suatu masalah dapat juga
mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa
puber dan sebagai akibatnya, anak akan mengalami gangguan dalam menjalani
kehidupan.
Jenis-jenis
masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno (1985)
menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar. Masalah-masalah itu
diklarifikasikan atas:
- kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang
diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat
memanfaatkannya secara optimal.
- ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa
yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus
untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
- sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa
yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
- kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan
siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera
dan malas.
- bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar,
yaitu kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari
antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas,
mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak
diketahuinya dan sebagainya.
E. Masalah
Gangguan Sosial Emosional Siswa
Adapun
masalah-masalah siswa yang umumnya ditemukan dalam proses belajar, yaitu
masalah gangguan sosial emosional, berikut beberapa contoh gangguan sosial
emosional yang nampak di kelas yaitu :
- Anak hiperaktif, anak seperti ini cenderung tidak
bisa duduk diam. Ia cenderung bergerak terus-menerus, kadang suka
berlarian, suka melompat-lompat, bahkan berteriak-teriak di kelas. Anak
ini sulit untuk dikontrol. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauannya
sendiri. Ia pun suka mengganggu temannya bahkan gurunya.
- Distractibility child adalah
anak yang cenderung cepat bosan. Ia sering kali mengalihkan perhatiannya
ke berbagai objek lain di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak
dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di
kelas.
- Poor self concept anak
yang cenderung pendiam di kelas, pasif, atau sangat perasa sehingga mudah
tersinggung. Karakteristik anak seperti ini cenderung tidak berani
bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak mampu. Karena itu, ia
cenderung kurang berani bergaul serta suka menyendiri.
- Anak impulsif. adalah anak yang cepat
bereaksi setiap guru memberi pertanyaan di kelas.Namun, jawaban yang
diberikan sering kali tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang logis.
Anak seperti ini ingin menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai,
padahal cara anak itu menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya.
- Anak destructive behavior siswa
yang suka merusak benda-benda yang ada di sekitarnya. Sikap agresif yang
negatif dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak ini
adalah anak yang bermasalah (trouble maker). Anak seperti ini cepat
tersinggung. Ia bertempramen tinggi, yang mengarah kepada perilaku
agresif.
- Distruptive behavior adalah
anak yang sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan nada
mengejek, anak ini cenderung menentang guru. Sumpah serapah berupa
kata-kata kasar yang tidak sopan kerap terlontar.
- Dependency child anak
yang selalu bergantung pada orang tuanya. Anak seperti ini sering merasa
takut dan tidak mampu untuk berani melakukannya sendiri. Ia sangat
bergantung pada orang disekitarnya. Sikap orang tua yang terlalu over
protective atau sangat melindungi membuat anak sangat tergantung.
- Withdrawl, yaitu anak yang mempunyai sosial
ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk
mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa
tidak mampu.
- Learning disability adalah
anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan
anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis,
menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari.
- Learning disorder adalah
anak yang mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf. Anak
seperti ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak
yang sebaya. Anak seperti ini membutuhkan penanganan para ahli yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus, seperti anak yang menderita Autism
Sectrum Disorder/ASD).
- Underachiever, yaitu anak yang mempunyai
potensi intelektual di atas rata-rata, namun prestasi akademiknya di kelas
sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat rendah. Anak seperti ini
sering menyepelekan tugas-tugas yang diberikan, dan PR sering dilupakan.
- Overachiever adalah
anak yang mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, ia merespon
dengan cara cepat. Anak seperti ini tidak bisa menerima kegagalan. Ia
tidak mudah menerima kritikkan dari siapapun termasuk gurunya.
- Slow learner adalah anak yang sulit
menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.
- Social interseption child adalah
anak yang kurang peka dan tidak perduli terhadap lingkungannya. Anak ini
kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman
yang ada di kelas.
E. Mengatasi
Masalah Gangguan Sosial Emosional Siswa
Cara yang
paling efektif dalam mengatasi masalah-masalah emosional dan perilaku di kelas
adalah dengan mencegah terjadinya masalah ini. Sementara tidak semua masalah emosional
dan perilaku dapat dicegah, suatu pendekatan proaktif jauh lebih efekif
dibanding dengan cara yang semata-mata hanya merespon terhadap masalah. Cara
ini juga memberikan hubungan komunikasi yang saling memuaskan yang mungkin
sebelumnya diterima dengan lebih negatif oleh siswa maupun guru.
Beberapa
cara yang mungkin dapat meningkatkan perilaku positif siswa :
- Memberikan penjelasan dan harapan-harapan pada
emosi dan perilaku siswa yang diinginkan sejelas mungkin bagi mereka.
- Menunjukkan dan memberi penjelasan pada siswa
terhadap hal-hal yang negatif dan tidak pantas dilakukan oleh seorang
siswa.
- Memerikan perhatian dan pengakuan kepada siswa
atas sifat-sifat dan prestasi yang positif untuk dinyatakan pada siswa
setiap hari.
- Memberikan contoh sikap, kebiasaan kerja dan
hubungan interaksi dan komunikasi yang positif.
- Selalu memberikan motivasi-motivasi positif
kepada siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
- Mempersiapkan pola pengajaran dan memberikan
kurikulum yang tersusun dengan baik, dan cara penyampaian yang efektif,
kreatif, yang dapat menjadikan siswa aktif.
- Memberikan bimbingan belajar khusus pada siswa
yang memang memerlukan.
Tujuan
bimbingan belajar ini antara lain :
- Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik,
terutama dalam mengerjakan tugas dalam ketrampilan serta dalam bersikap
terhadap guru.
- Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik
secara mandiri atau kelompok.
- Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi
fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan
pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.