Jumat, 30 November 2012

jenis-jenis masalah siswa di sekolah menengah



PEMBAHASAN

A.  Pengertian Masalah
Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Masalah yang menimpa seseorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera dipecahkan dapat mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain.

B.  Ciri-ciri Masalah
Sebuah masalah mempunyai ciri-ciri, Prayitno (1985) mengemukakan ciri-ciri masalah ialah:
  1. Masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya.
  2. Menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau bagi orang lain.
  3. Ingin (perlu) dihilangkan.
Setiap masalah yang dialami seseorang biasanya mengandung satu atau lebih ciri diatas. Suatu masalah dapat juga terjadi pada diri sendiri. Suatu hal, kejadian suasana atau gejala yang tidak disukai adanya, yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian bagi diri sendiri ataupun bagi orang lain, dan ingin dihilangkan.
Maka dengan itu, suatu masalah dapat terjadi pada siapa saja, termasuk murid sekolah dasar. Masalah itu perlu diupayakan penanggulangannya agar menjadi sesuai dengan apa yang diharapkan dengan baik.


C. Jenis-jenis Masalah Siswa
1. Masalah emosi
Emosi remaja sering kali sangat kuat, tidak terkendali, dan tampak irasional.Hal ini dapat diliahat dari gejala sepeti mudah marah dan dirangsang, emosimeledak-ledak, dan tidak mampu mengendalikan perasaan. Sekolah sebagailembaga formal bertanggung jawab untuk membantu subjek didik menujukedewasaan. Misalnya dengan pelayanan melalui program layanan informasi,layanan konseling dan layanan bimbingan dan konseling kelompok.
2. Masalah Penyesuaian Diri
Remaja harus menyesuiakan diri dengan lawan jenis baik sesama remajamaupun dengan orang dewasa di luar lingkungan kelurga dan sekolah. Yangmenjadi masalah adalah apabila remaja salah bergaul, misalnya berada dalamkelompok pemkai obat terlarang, minuman keras dan perilaku negative lainnya.Untuk itulah maka sekolah harus membantu dalam penyesuaian dirinya. Melaluipenyediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pembinaan bakat daan minatbaik lewat kegiatan kurikuler maupun kokurikuler di sekolah, diharapkan dapatmencegah dan mengatasi kesalahan pergaulan.
3. Masalah Perilaku Seksual
Pada masa ini remaja mulai tertarik pada lawan jenis, bersikap romantis, yangdiikuti keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhatian lawanjenis. Sebagai akibatnya remaja mempunyai minat yang tinggi pada seks.Informasi yang tidak tepat dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan.Untuk menanggulangi dan mengatasi masalah itu, sekolah hendaknyamelakukan tindakan nyata, yaitu memasukkan pendidikan seks ke dalam matapelajaran yang bersangkutan, misalnya tentang reproduksi pada pelajaranbiologi, seks yang baik dalam bidang agama, dan lain-lain.
4. Masalah Perilaku Sosial
Tanda-tanda masalah perilaki sosial pada remaja dapat dilihat dari diskriminasiterhadap mereka yang berlatar belakang ras, agama atau sosial ekonomi yangberbeda. Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut sekolah dapatmenyelenggarakan kegiatan kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama dan sosial ekonomi. Sekolah harus memperlakukan siswasecara sama dan tidak membeda-bedakan siswa yang satu dengan lainnya.
5. Masalah Moral
Masalah moral remaja ditandai dengan adanya ketidakmampuan remajamembedakan yang benar dan yang salah. Hal ini disebabkan olehketidakkonsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalamkehidupan sehari-hari.untuk mencegah masalah tersebut sebaiknya sekolahmenyelengggarakan kegiatan keagamaan dan meningkatkan pendidikaan budipekerti.
6. Masalah Keluarga
Sebab umum pertentangan keluarga pada masa remaja adalah standar perilaku,metode disiplin, hubungan dengan saudara kandung, dan sikap yang sangatkritis pada remaja. Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang
D.  Jenis-jenis Masalah Siswa di Sekolah Dasar
Sikap dan perilaku anak-anak yang menyimpang karena adanya suatu masalah dapat juga mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase masa puber dan sebagai akibatnya, anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan.
Jenis-jenis masalah yang dialami murid sekolah dasar bisa bermacam-macam. Prayitno (1985) menyusun serangkaian masalah murid sekolah dasar. Masalah-masalah itu diklarifikasikan atas:
  1. kemampuan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
  2. ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi itu.
  3. sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
  4. kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
  5. bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang perbuatan dan kegiatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
E.  Masalah Gangguan Sosial Emosional Siswa
Adapun masalah-masalah siswa yang umumnya ditemukan dalam proses belajar, yaitu masalah gangguan sosial emosional, berikut beberapa contoh gangguan sosial emosional yang nampak di kelas yaitu :
  1. Anak hiperaktif, anak seperti ini cenderung tidak bisa duduk diam. Ia cenderung bergerak terus-menerus, kadang suka berlarian, suka melompat-lompat, bahkan berteriak-teriak di kelas. Anak ini sulit untuk dikontrol. Ia melakukan aktivitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka mengganggu temannya bahkan gurunya.
  2. Distractibility child adalah anak yang cenderung cepat bosan. Ia sering kali mengalihkan perhatiannya ke berbagai objek lain di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas.
  3. Poor self concept anak yang cenderung pendiam di kelas, pasif, atau sangat perasa sehingga mudah tersinggung. Karakteristik anak seperti ini cenderung tidak berani bertanya atau menjawab, serta merasa dirinya tidak mampu. Karena itu, ia cenderung kurang berani bergaul serta suka menyendiri.
  4. Anak impulsif. adalah anak yang cepat bereaksi setiap guru memberi pertanyaan di kelas.Namun, jawaban yang diberikan sering kali tidak menunjukkan kemampuan berpikir yang logis. Anak seperti ini ingin menunjukkan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal cara anak itu menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya.
  5. Anak destructive behavior siswa yang suka merusak benda-benda yang ada di sekitarnya. Sikap agresif yang negatif dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak ini adalah anak yang bermasalah (trouble maker). Anak seperti ini cepat tersinggung. Ia bertempramen tinggi, yang mengarah kepada perilaku agresif.
  6. Distruptive behavior adalah anak yang sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan nada mengejek, anak ini cenderung menentang guru. Sumpah serapah berupa kata-kata kasar yang tidak sopan kerap terlontar.
  7. Dependency child anak yang selalu bergantung pada orang tuanya. Anak seperti ini sering merasa takut dan tidak mampu untuk berani melakukannya sendiri. Ia sangat bergantung pada orang disekitarnya. Sikap orang tua yang terlalu over protective atau sangat melindungi membuat anak sangat tergantung.
  8. Withdrawl, yaitu anak yang mempunyai sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena dirinya merasa tidak mampu.
  9. Learning disability adalah anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap isi mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari.
  10. Learning disorder adalah anak yang mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun syaraf. Anak seperti ini cenderung sulit untuk belajar secara normal seperti anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus, seperti anak yang menderita Autism Sectrum Disorder/ASD).
  11. Underachiever, yaitu anak yang mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun prestasi akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat rendah. Anak seperti ini sering menyepelekan tugas-tugas yang diberikan, dan PR sering dilupakan.
  12. Overachiever adalah anak yang mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi, ia merespon dengan cara cepat. Anak seperti ini tidak bisa menerima kegagalan. Ia tidak mudah menerima kritikkan dari siapapun termasuk gurunya.
  13. Slow learner adalah anak yang sulit menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.
  14. Social interseption child adalah anak yang kurang peka dan tidak perduli terhadap lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di kelas.
E.  Mengatasi Masalah Gangguan Sosial Emosional Siswa
Cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah-masalah emosional dan perilaku di kelas adalah dengan mencegah terjadinya masalah ini. Sementara tidak semua masalah emosional dan perilaku dapat dicegah, suatu pendekatan proaktif jauh lebih efekif dibanding dengan cara yang semata-mata hanya merespon terhadap masalah. Cara ini juga memberikan hubungan komunikasi yang saling memuaskan yang mungkin sebelumnya diterima dengan lebih negatif oleh siswa maupun guru.
Beberapa cara yang mungkin dapat meningkatkan perilaku positif siswa :
  1. Memberikan penjelasan dan harapan-harapan pada emosi dan perilaku siswa yang diinginkan sejelas mungkin bagi mereka.
  2. Menunjukkan dan memberi penjelasan pada siswa terhadap hal-hal yang negatif dan tidak pantas dilakukan oleh seorang siswa.
  3. Memerikan perhatian dan pengakuan kepada siswa atas sifat-sifat dan prestasi yang positif untuk dinyatakan pada siswa setiap hari.
  4. Memberikan contoh sikap, kebiasaan kerja dan hubungan interaksi dan komunikasi yang positif.
  5. Selalu memberikan motivasi-motivasi positif kepada siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar.
  6. Mempersiapkan pola pengajaran dan memberikan kurikulum yang tersusun dengan baik, dan cara penyampaian yang efektif, kreatif, yang dapat menjadikan siswa aktif.
  7. Memberikan bimbingan belajar khusus pada siswa yang memang memerlukan.
Tujuan bimbingan belajar ini antara lain :
  1. Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, terutama dalam mengerjakan tugas dalam ketrampilan serta dalam bersikap terhadap guru.
  2. Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri atau kelompok.
  3. Mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.